TEMPO.CO, Jakarta -Apakah Anda saat tidur menggertakkan gigi atau secara tiba-tiba sadar jika gigi rahang atas dan bawah saling beradu? Jika hal tersebut terjadi secara sering mungkin mengalami bruxism.
Melansir dari jurnal berjudul Is There Association Between Stress and Bruxism? A Systematic Review and Meta-Analysis, bruxism merupakan kondisi dimana seseorang menggertakkan atau mengatupkan gigi meski tidak mengunyah.
Biasanya hal ini terjadi saat tidur maupun saat bangun dan tanpa disadari. Meski melakukan hal yang sama, namun bruxism saat bangun atau awake bruxism dan sleep bruxism berbeda.
Mengenal Bruxism
Menurut penelitian dari Asosiasi Bruxism Inggris yang dilansir dari Medicalneestoday.com, 8-10 persen populasi mengalami bruxism baik pada malam maupun siang hari.
Jika terjadi saat tidur, bruxism dapat dikategorikan sebagai gangguan tidur. Penderita sleep bruxism mungkin tidak saat dan tidak mendengar gertakan giginya, namun orang yang tidur bersama atau berada di dekatnya mendengar.
Penderita sleep bruxism biasanya merasakan nyeri dan kaku pada rahang, wajah menjadi sakit, sakit kepala, gigi menjadi sensitif, longgar, bahkan patah, dan gigi menjadi aus. Terkadang orang yang mengalami sleep bruxism juga merasakan telinga yang sakit karena sendi temporomandibular atau sendi yang memungkinkan rahang untuk membuka dan menutup dekat dengan telinga.
Berbeda dengan sleep bruxism, bruxism yang terjadi saat bangun atau awake bruxism tidak termasuk gangguan tidur namun kebiasaan buruk yang mungkin tidak disadari. Bruxism yang terjadi saat seseoorang bangun juga menyebabkan nyeri pada rahang, sakit kepala, dan rahang menjadi kaku.
Berikutnya: Awake bruxism juga terjadi karena tidak sengaja..